Apa yang saya share di sini banyak merupakan catatan saya saat mengikuti webinar tentang hal ini. Topiknya sebenarnya lebih kepada pemahaman tentang ISO 21501-4 Light Scattering Aerosol Particle Counter Calibration. Sesuatu yang menurut saya masih cukup hangat karena hal ini secara khusus disebut pada revisi terbaru ISO 14644-1 yang dipublikasikan November 2015 tentang pengukuran partikel di ruangan berkelas kebersihan. Yang dalam hal pengkalibrasiannya, bila di ISO 14644-1:1999 tidak secara spesifik menyebutkan metodologi dalam melakukan kalibrasinya, karena pada dasarnya cara kerja instrumen ukur jumlah partikel ini pun beragam di pasaran, tapi di ISO 14644-1:2015 di klausul A.2.2 spesifik menyebutkan bahwa pada pengukuran partikel kategori kelas ruang bersih, cara ukurnya harus menggunakan instrumen dengan metode ukur Light scattering dan kalibrasinya harus mengikuti standar ISO 21501-4. Webinar yang menarik dan sangat menjelaskan, difasilitasi oleh Daniele Pandolfi, profesional berpengalaman di urusan instrumentasi particle counter, dan saat ini menjadi Product Line Manager di Particle Measuring System di USA.

Selengkapnya...Memahami Cara Kerja Particle Counter

Mengukur laju aliran (flow measuring) adalah hal yang terkadang sulit dipahami. Bukan apa-apa. Terkadang bila seseorang menyatakan begitu yakin dengan hasil pengukuran laju aliran, justru disaat itulah kita perlu mempertanyakan ke-akurasi-annya. Sebuah instrumen ukur laju aliran yang dibuat begitu canggih memudahkan pembacaan adalah satu sisi, sementara bagaimana instrumen itu mampu menunjukkan hasil pengukuran secara akurat adalah hal lain, yang terkadang sama sekali tidak terkait dengan kecanggihannya. Saya batasi semesta pembicaraan ini pada cakupan industri obat dan makanan atau sejenisnya. Karena wilayah dan tuntutan rentang ukur dan akurasinya tentu akan beda bila kita bicara pada ruang lingkup industri minyak dan gas misalnya.

Baiklah, mari kita coba perlahan-lahan meraba pengertiannya. Namanya mengukur laju aliran, tentunya obyek ukur pastilah sesuatu yang mengalir. Terminologi ilmiahnya disebut fluida. Bisa berupa zat gas, cair, atau padat dalam bentuk serbuk. Namanya mengalir, pada dasarnya adalah berapa besar sejumlah zat tadi dipindahkan setiap waktunya. Nah, ketika dia mengalir, maka yang kita ukur adalah seputaran dari tiga pilihan ini, yaitu: Mass flow. Adalah mengukur laju aliran massa setiap waktunya. Satuannya adalah massa per satuan waktu, bila pada sistem SI kita mengenal kg/s, kg/jam. Biasanya dipakai untuk besaran laju aliran zat berbentuk cair dan padat berbentuk serbuk. Volumetric Flow. Adalah pengukuran laju aliran volume setiap waktunya. Satuan yang umum adalah misalnya liter/menit, m3/jam, CFM (cubic-feet-per-minute). Umumnya dipakai untuk besaran laju aliran udara atau gas, terkadang juga cairan untuk yang encer. Velocity. Ada juga pengukuran yang tidak sampai pada besaran volume, tapi cukup kecepatan alirannya saja. Menggunakan satuan panjang per waktu, bisa m/dtk, m/jam.

Selengkapnya...Kalibrasi Flowmeter

Artikel ini saya tulis tersendiri, sebetulnya sebagai jawaban dari pertanyaan Bp Suntino di artikel tentang Interval Kalibrasi di sini. Saya tulis menjadi artikel karena mungkin cukup panjang kalau sekedar saya jawab di kolom komentar artikel di atas. Pak Suntino menanyakan tentang kondisi lingkungan kalibrasi khususnya parameter suhu yang mungkin kita semua juga sering mendengar agar Laboratorium Kalibrasi dikondisikan memiliki suhu ruang 20° ± 2° C. Pendapat itu tidak keliru tapi juga menurut saya tidak menjadi sebuah keharusan yang menyeluruh. Yang penting kita tahu peruntukkannya, koridor peraturan terhadap peruntukan tersebut, dan konsekuensi apa yang mengikat kita atas pilihan desain suhu lingkungan Laboratorium Kalibrasi.

Sebelum lebih jauh, kita perlu samakan persepsinya dulu, bahwa tidak semua kegiatan kalibrasi instrumen bisa dilakukan di Laboratorium yang kita bisa tetapkan secara desain memiliki kondisi ruhu tertentu. Banyak hal yang membuat kita sehingga harus memutuskan bahwa kalibrasi dilakukan secara in situ, di tempat dimana instrumen berada selama pengoperasiannya. Kalibrasi timbangan misalnya, verifikasi terhadap akurasi, kegiatan kalibrasi terhadap timbangan secara konsep harus dilakukan di lokasi dimana timbangan itu akan dipakai secara operasional. Karena lokasi peletakkan timbangan menjadi faktor dalam perhitungan ketidakpastian. Memindah timbangan harus diikuti kegiatan kalibrasi atau paling tidak verifikasi pada titik pakai penimbangan. Dan hasil kalibrasi sebuah timbangan tidak berlaku bila kemudian timbangan berpindah tempat.

Selengkapnya... Lingkungan Kalibrasi

Tulisan ini boleh dibilang sebagai lanjutan dari tulisan sebelumnya. Atau mungkin bisa dilihat sebagai sisi yang berbeda darimana kita melihat tentang upaya kita melakukan efisiensi kegiatan kalibrasi tanpa mengurangi efektifitas-nya. Bila di artikel sebelumnya kita melihat dari pemilihan instrumen alat ukur yang harus dikalibrasi dan menetapkan perlakuan kalibrasi terhadapnya berdasar pendekatan teori analisa risiko, maka di tulisan ini justru 'berangkat' dari perspektif bila kita harus menetapkan interval kalibrasi terhadap alat ukur, apa saja hal yang harus kita pertimbangan. Dimana faktor risiko bisa menjadi pertimbangan, tapi itu bukan satu-satunya.

Beberapa hal dalam tulisan saya ini, selain berisi pendapat berdasar kajian ilmiah atas pengalaman saya selama ini, sebagian juga bersumber dari berbagai tulisan dan pendapat. Diantaranya adalah dari Journal ilmiahnya M. Oullette yang dipublikasikan di NRCC (National Research Council Canada) dan tulisannya Heikki Laurila di sini, dengan kapasitasnya sebagai Marketing Manager Beamex Instrument, salah satu produsen produk-produk instrumen kalibrator terbaik saat ini. 

Selengkapnya... Menentukan Interval Kalibrasi

Page 1 of 4

Ada sebuah perusahaan fiktif bernama PT MAJU. Perusahaan ini memproduksi air mineral dalam kemasan gelasplastik. Mesin yang dimiliki perusahaan ini adalah mesin pembentuk gelas plastik sekaligus mengisi air mineral, sebanyak dua unit.

Bulan ini pesanan begitu meningkat. Bagian pemasaran yang telah berhasil melakukan promosi membuat bagian produksi jungkir-balik selama dua puluh empat jam menjalankan mesinnya untuk mengejar permintaan bagian pemasaran. Dan sudah terlihat di depan mata, bulan depan pesanan bagian pemasaran naik 30 % dari bulan sekarang. Sementara bulan ini mesin telah jalan siang malam, bahkan minggu pun masuk untuk mengejar kekurangannya.

“Gila! Harus segera saya usulkan membeli satu unit mesin lagi untuk mengejar permintaan bulan depan,” teriak Pak Joni, sang kepala produksi. “Dan awal bulan depan mesin itu sudah di sini..!” imbuhnya.   ...selengkapnya

Bookmark This

Follow Us

Powered by CoalaWeb

 

KupasPitoyo, KumpulanTulisan Pitoyo Amrih, yang juga berbicara tentang Pemberdayaan Diri, ..pemberdayaan berkesinambungan bagi diri sendiri, keluarga, dan bangsa... khususnya melalui budaya..  this link is under construction..

Pitoyo Amrih.... terlibat aktif dalam perumusan penerapan konsep-konsep TPM (Total Productive Maintenance) di perusahaan tempatnya bekerja. Juga pernah memimpin kajian dan penerapan rumusan OEE (Overall Equipment Effectiveness) yang bisa.....  ...selengkapnya